PENGERTIAN DAN ASAS HUKUM PENGANGKUTAN |
PENGERTIAN DAN ASAS HUKUM PENGANGKUTAN - Pengangkutan
adalah kegiatan pemuatan ke dalam alat pengangkut, memindahan ketempat tujuan
dengan alat pengangkut dan penurunan dari alat pengangkut baik mengenai
penumpang ataupun barang. Jadi dengan kata lain pengangkutan adalah suatu alat
untuk memindahkan orang dan barang atau benda ketempat yang lain.[1]
Pengangkutan udara
diatur terdapat dalam beberapa ketentuan sebagai berikut:
a.
Perjanjian - perjanjian internasional tentang
penerbangan
1.
Perjanjian Warsawa, 12 Oktober 1992.
2.
Perjanjian Penerbangan Internasional Paris, 13
Oktober 1919
3.
Perjanjian Roma (Tahun 1933 dan 1952).
4.
Perjanjian Chicago (Tahun 1944).
b.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang
Penerbangan.
c.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun
2011 Tentang Tanggung Jawab pengangkut Angkutan udara.
Arti
hukum pengangkutan bila ditinjau dari segi keperdataan, dapat ditunjuk sebagai
keseluruhan peraturan-peraturan, didalam kodifikasi (KUHPerdata, KUHD) serta
diluar kodifikasi yang didasarkan atas dan bertujuan untuk mengatur
hubungan-hubungan hukum yang terjadi akibat pemindahan orang atau barang-barang
dari suatu tempat ke tempat yang lain untuk memenuhi perikatan-perikatan yang
lahir dari perjanjian tertentu serta termasuk perjanjian yang memberikan
perantara dalam mendapatkan suatu pengangkutan.[2]
Tujuan
pengangkutan sendiri mempunyai arti memindahkan orang, dan benda atau barang
serta mengantarkan orang atau suatu barang ke tempat tujuan dengan mengutamakan
keselamatan dan tiba tepat pada waktunya.[3]
Asas-asas hukum
pengangkutan merupakan landasan filosofi yang diklasifikasi menjadi dua, yaitu
asas hukum publik dan asas hukum perdata.[4]
PENGERTIAN DAN ASAS HUKUM PENGANGKUTAN |
1.
Asas hukum publik.
Landasan Undang-Undang
yang lebih mengutamakan kepentingan umum dan kepentingan orang banyak.
2.
Asas hukum perdata.
Asas hukum perdata
merupakan landasan hukum yang hanya berlaku serta berguna bagi kedua belah
pihak dalam suatu pengangkutan niaga, yaitu antara pihak pengangkut dan pihak
pengguna jasa. Asas-asas hukum yang bersifat perdata yaitu sebagai berikut:
1)
Asas perjanjian.
Perjanjian pengangkutan tidak diharuskan dalam
bentuk tertulis, dan cukup dengan kesepakatan para pihak. Akan tetapi untuk
menyatakan bahwa perjanjian itu sudah terjadi atau sudah ada harus dibuktikan dan
didukung oleh dokumen pengangkutan.
2)
Asas koordinatif.
Para pihak dalam pengngkutan mempunyai suatu
kedudukan setara, dan tidak ada pihak yang mengatasu atau membawahi yang lain.
Walaupun pengangkut menyediakan jasa dan melaksanakan perintah penumpang, namun
pengangkut bukanlan bawahan dari penumpang.
3)
Asas campuran.
Bahwa
makna dari pengangkutan merupakan campuran dari tiga jenis pernjajian yaitu
pemberi kuasa, penyimpanan barang, dan melakukan pekerjaan dari penumpang atau
pemilik barang kepada pengangkut. Adapun ketiga jenis perjanjian ini berlaku
pada pengangkutan, kecuali jika ditentukan lain dalam perjanjian pengangkutan.
4)
Asas retensi
Retensi
mengandung arti bahwa pengangkutan tidak menggunakan hak retensi atau suatu hak
yang bertentangan dengan tujuan dan fungsi pengangkutan. Pengangkutan mempunyai
kewajiban untuk menyimpan barang atas biaya dari pemiliknya.
5)
Asas pembuktian dan dokumen.
Setiap terjadinya suatu perjanjian pengangkutan
harus selalu dibuktikan dengan suatu dokumen pengangkutan, namun apabila tidak
ada dokumen pengangkutan berarti perjanjian itu dianggap tidak pernah ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar